Minggu, 25 April 2010

Kota Semarang

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah timur dengan Kabupaten Demak, di sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Kendal.  Perdagangan dan industri pengolahan berperan amat dominan dalam perekonomian Kota Semarang. Kontribusi kedua sektor tersebut terhadap PDRB lebih dari 65 persen.  Kota Semarang merupakan pusat industri besar dan sedang terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Menurut data yang diterbitkan BPS Propinsi Jawa Tengah, jumlah industri besar dan sedang di Kota Semarang mencapai 364 buah dengan nilai output sebesar Rp 17 triliun.  Sementara itu, Kegiatan perdagangan para pengusaha di Kota Semarang banyak yang berorientasi ekspor. Hal ini terlihat dari tingginya nilai ekspor, yaitu lebih dari US $ 437 juta. Sektor yang terbesar menyumbang devisa adalah perindustrian, yaitu lebih dari US $ 396 juta atau lebih dari 90 persen keseluruhan nilai ekspor. Disini terlihat bahwa Kota Semarang merupakan industri.  Pada sisi pengusaha kecil atau pengusaha ekonomi lemah, jenis usaha yang paling banyak digeluti adalah Berusaha di bidang perberasan dan bumbon. Sebaran pengusaha jenis ini merata di hampir seluruh kecamatan di Kota Semarang. Jenis usaha lain yang juga banyak digeluti masyarakat daerah ini adalah usaha ikan laut/asin, konveksi, dan sayur-mayur. Konsentrasi pengusaha ikan laut/asin terdapat di Kecamatan Semarang Barat. Sedangkan konsentrasi pengusaha konveksi terdapat di Kecamatan Semarang Tengah. Sementara pengusaha sayur-mayur tersebar merata di seluruh kecamatan di Kota Semarang. (www.cps-sss.org)
Geografi
Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, dan Banyumanik.
Pembagian Administratif
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Semarang
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang
Sumber Gambar:
http://www.semarang.go.id/cms/image/SSmg.jpg

Peta Kota Semarang


View Larger Map

Profil Kabupaten Semarang


Kabupaten Semarang yang beribukota di Ungaran memiliki luas wilayah secara keseluruhan 981,95 km dan terbagi menjadi 18 Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak di sebelah utara, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang di sebelah selatan, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan di sebelah barat, serta Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal di sebelah timur. 

Letak Kabupaten Semarang yang sangat strategis pada persimpangan segi tiga Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang (Joglosemar), sepatutnya memberikan kemudahan bagi berkembangnya industri pengolahan, kelebihan-kelebihan lain yang mendukung adalah tersedianya sumber air yang berlebih, bukan daerah banjir, ada lokasi untuk industri, dekat dengan pelabuhan udara (Solo, Semarang, Yogyakarta), serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Industri besar dan menengah biasanya berlokasi di koridor jalan Semarang-Yogyakarta dan Semarang-Solo di Kecamatan Ungaran, Bergas, Pringapus, Bawen, dan Tengaran. 

Pemilihan zona industri di koridor tersebut untuk mempermudah akses distribusi bahan baku dan hasil produksi dari dan ke tempat tujuan. Sebagian besar industri besar atau menengah ini merupakan industri manufaktur dan berorientasi ekspor. Seperti PT Ungaran Sari Garment, PT Apac Inti Corpora, PT Sido Muncul, PT Batam Tekstil Industri, PT Fixo Furniture yang merupakan perusahaan eksportir dengan bahan baku industri besar berasal dari luar Kabupaaten Semarang, meski ada pula yang memenfaatkan hasil pertanian setempat seperti perusahaan PT Sido Muncul. 

Untuk industri kecil yang ada lokasinya tesebar di seluruh kecamatan komoditas yang dihasilkan pun bermacam-macam dan sebagian besar merupakan agroindustri. 

Hasil-hasil pertanian dari akbaupaten yang bertopografi pegunungan dan perbukitan ini memanng cukup berlimpah, oleh karena itu masuk akal kalau pertanian tanaman pangan menjadi kkegiatan ekonomi terbesar kedua setelah industri pengolahan yang terutama padi dengan hasilnya bisa menyuplai kebutuhan beras penduduk si Kota Semarang dan Kota Salatiga. 

Selain padi terdapat ubi kayu dan ubi jalar yang hasilnya berlimpah juga kemudian di berbagai tempat muncul indutri keripik ketela, tepung kasava berbahan baku ubi kayu dan ubi jalar tersebut. Masih berkaitan dengan tanaman umbi-umbian, pengusaha Jepang menanam komoditas mentimun Jepang Karimori ubi jalar Ibaraki dan terong ungu di Kabupaten Semarang, di Kabupaten Semarang saja, tetapi juga di daerah-daerah lain yang memang iklimnya cocok untuk tanaman tersebut, seperti Kabupaten Boyolali. Produk pertanian tersebut kemudain diolah dalam produk setengah jadi di PT Tunas prospecta dan PT Prakarsa Tiga Utama di daerah Butuh, yang selanjutnya dibawa ke Jepang untuk diolah llebih lanjut menjadi makanan khas Jepang. 

Hasil pertanian lain berasal daaari usaha buah-buahan seperti kelelngkeng, durian, alpukat, pisang, nangka, salak nglumut, daan manggis.Klengkeng jenis batu dan kopyor cukup dikenal di Kota Semarang dan DKI Jakarta. Produksi tanaman hias juga tidak kalah dengan daerah-daerah di Jawa, meski baru bisa menghasilkan krisan, aster, galdiol, dan sedap malam.


Sumber Data: 
Jawa Tengah Dalam Angka 2007
(01-10-2007)
BPS Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pahlawan 6, Semarang 50241
Telp (024) 8311242, 8412802
Fax (024) 8311195


Sumber :

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3322



Sumber Gambar:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Locator_kabupaten_semarang.png

Peringatan 600 Tahun Pelayaran Cheng Ho Ke Semarang, Mengenang Sang Raja Laut


Oleh
Su Herdjoko

SEMARANG – Siapa sebenarnya raja lautan itu? Bartolemeus Dias, Marco Polo, Vasco da Gama, Christopher Colombus, atau siapa? Nama-nama itu adalah para pelaut bangsa Eropa yang sudah tersohor. Namun para petualang laut itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan nama Cheng Ho, seorang laksamana dari Dinasti Ming ketika diperintah oleh Kaisar Yung Lo atau Zhu Di pada abad 14. 

Laksamana Cheng Ho benar-benar merupakan raja laut dalam arti sebenarnya. Sementara para pelaut bangsa Eropa lebih tepat disebut penjelajah semata. Perbandingan itu bisa dilihat dalam jumlah awak kapal yang mereka bawa. Bartolemeus Dias, orang pertama yang melintasi ujung selatan Afrika (Tanjung Harapan) hanya menggunakan tiga kapal jenis Caravel yang berisi 170 orang.

Sementara perjalanan Christopher Colombus yang memulai pelayaran 3 Agustus 1492 juga menggunakan tiga kapal buatan bangsa Spanyol. Pertama, kapal Santa Maria, kapal terbesar yang dinahkodai Colombus sendiri. Dua kapal lainnya adalah Nina dan Pinta yang lebih kecil. Jumlah awak kapal tiga bahtera itu hanya 104 orang.
Mari melihat armada Cheng Ho. Jumlah armadanya mencapai 357 kapal dengan 27.800 awak kapal. Bukan itu saja, ada 62 kapal Cina berukuran besar yang disebut jung, panjangnya mencapai 132 meter dengan lebar 54 meter. Itu jelas lebih besar dibandingkan kapal-kapal bangsa Eropa yang berukuran separuh atau bahkan seperlima lebih kecil dibandingkan jung Cina.

Cheng Ho berangkat dari Nanking pada 15 Juli 1405 atas perintah misi kerajaan dari Kaisar Yung Lo atau Zhu Di dari Dinasti Ming. Itu artinya, sekitar 87 tahun sebelum perjalanan Colombus. 
Bahkan dalam segi lama penjelajahan, Cheng Ho benar-benar tidak tertandingi. Selama 28 tahun ia menjelajahi dunia mulai dari daratan Cina, semenanjung Malaka, Indonesia (Sumatera, Jawa), India, Jazirah Arab, hingga ke Mogadisu di Afrika Timur. Ada sekitar 30 negara ia singgahi selama itu. Misi politik dan perdagangan ia emban bagi kaisarnya. Ia melakukan perjalanan itu sebanyak tujuh kali.
Konvoi armada Cheng Ho di laut biru itu mirip dengan kawanan awan yang berarak-arakan di langit.


Luruskan Sejarah

Bukti-bukti kebesaran Cheng Ho diungkapkan oleh sejarawan amatir Gavin Menzies, pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Inggris. Dengan biaya sendiri ia mengunjungi 120 negara dan melakukan penelitian di 900 museum dan perpustakaan. Bukan itu saja, ia juga bertanya kepada para ahli. Hasilnya? Ia kemudian menerbitkan buku bertajuk “1421, The Year China Discovered The World” pada November 2002. Di bukunya itu, Menzies menjelaskan bahwa Cheng Ho yang pertama kali menemukan Benua Amerika, bukan Colombus. Sejarah memang harus diluruskan.

Menzies menegaskan, Colombus justru berlayar dengan bekal peta lama buatan Cina. “Ketika para awak kapalnya gelisah, Colombus hanya meyakinkan, terus saja ke barat, nanti pasti akan sampai.” 
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.
Konon, setiap ia pulang ke Cina, Cheng Ho selalu membawa oleh-oleh benda-benda eksotik untuk sang kaisar mulai dari batu permata, jenis pakaian, rempah-rempah, sampai dengan hewan-hewan seperti singa, macan tutul, jerapah, burung onta, merak, ataupun hewan eksotik lainnya yang di Cina belum ada.

Sah-sah saja bila kemudian ada cerita bahwa Kaisar Yung Lo memiliki sebuah kebun binatang yang berisi aneka satwa yang di Cina sebelumnya tidak ada. Kaisar sendiri yang menjemput Cheng Ho di pintu gerbang dan kemudian menamakan hewan-hewan itu hewan-hewan dari surga.
Mengapa Kaisar Yung Lo mengutus Cheng Ho ke daerah selatan dan barat? Ada beberapa teori. Pertama adalah Yung Lo saat itu memang sedang memburu kaisar yang baru saja digulingkan, yakni Zhu Yun Wen yang juga keponakannya sendiri. Selain itu juga berusaha memburu seorang perwira desersi Cina yang menjadi perompak di Palembang bernama Chen Zhu Yi atau juga Tan Go Ci. 
Teori lain meyakini Cheng Ho melaksanakan misi muhibah untuk menjalin persahabatan dan perdagangan dengan kerajaan di luar negeri.


Diperingati Besar-besaran

Kehebatan Cheng Ho itu kini sedang diperingati di Semarang, Jawa Tengah, secara besar-besaran sejak 1 hingga 7 Agustus 2005 nanti di beberapa tempat. Pertama, di Kawasan PRPP (Pekan Raya Promosi dan Perdagangan) Jawa Tengah di pantai Marina. Kedua, di Kelenteng Tay Kak Sie di Pecinan Semarang, serta di Kelenteng Sam Poo Kong, Gedung Batu, Semarang. Ketiga, di GOR Jatidiri dalam acara lomba barongsay nasional.

Alasan peringatan itu digelar di Semarang karena Cheng Ho pernah selama sebulan tinggal di Semarang dalam rangka perbaikan kapal dan merawat salah satu pembantu utamanya yang sakit, Ong King Hong. Namun sumber lain menyebutkan Cheng Ho tinggal di Semarang sekitar satu tahun.

Menurut sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” (Jakarta: 1968), dalam misi pelayarannya itu Cheng Ho pernah singgah di Indonesia seperti di Samodra Pasai (Aceh), Palembang, Cilincing (Jakarta), Gunung Talang (Cirebon), Gedung Batu (Semarang), dan Surabaya.

Pengamat sejarah Cina dan juga penulis cerita silat Cina, Gan Kok Hwie dari Semarang menjelaskan, Cheng Ho dalam misinya juga mengajarkan penduduk setempat soal bertani, membuat rumah, sampai dengan pertukaran budaya.

Slamet Muljana dalam bukunya menjelaskan bahwa Cheng Ho berperan besar dalam pergolakan politik di kerajaan-kerajaan di Jawa. Setidaknya Cheng Ho berperan dalam membangun kerajaan Islam Demak pada tahun 1475, serta memiliki andil besar dalam keruntuhan Majapahit.

Cheng Ho meninggal pada 1435 dalam perjalanan pulang dari Afrika Timur ke Cina. Ia dimakamkan di Niushou, Nanking (Nanjing); menjadi peletak dasar orang-orang Cina bermain dalam pemerintahan di kerajaan-kerajaan Jawa. Cheng Ho dipercaya mengunjungi Majapahit pada 1406, setahun setelah pelayarannya dari Cina.

Sisa-sisa pengaruh peradaban Cina yang dibawa Cheng Ho yang muslim itu bisa dilihat dari gaya arstitektur masjid dan menara masjid di Jawa. Atap-atap pelana kuda mirip kelenteng, dan menara masjid mirip pagoda; merupakan pengaruh Cina. Bukan itu saja, bedug yang digantungkan di masjid-masjid di Jawa – kemudian juga di Indonesia – merupakan perkusi khas Cina.

Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang, di Provinsi Yunnan. Dalam sebuah peperangan, kawasan Yunnan diserbu tentara Kekaisaran Cina (Ming) yang sedang menggempur tentara Monggolia yang sempat menjajah Cina. 

Dalam serangan itu, sebagai warga sipil keluarga Ma Ha Zhi menjadi korban. Ma Ha Zhi tewas, sementara si kecil Cheng Ho alias Ma He yang kala itu berusia 12 tahun juga menjadi korban. Ia dikebiri (thaykam), sebuah tradisi kejam tentara penakluk terhadap para lelaki yang daerahnya baru dikuasainya.

Entah bagaimana kisahnya, Cheng Ho justru bisa menjadi pengawal raja Pangeran Zhu Di. Ia juga yang ikut menggulingkan Kaisar Zhu Yun Wen. Cheng Ho pula akhirnya diberi gelar Sam Poo Kong – yakni orang besar ketiga di sebuah kekaisaran. Pertama adalah kaisar. Kedua, putra mahkota, dan ketiga, Sam Poo Kong itu. ***


Sumber :
http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2005/0804/wis01.html

Sejarah Kota Semarang


Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).


Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.


Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijayasetelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.


Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.


Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan namaPertempuran lima hari di Semarang.


Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tangga l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan. Sejak tahun 1945 para walikota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:


  • Mr. Moch.lchsan
  • Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
  • RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
  • Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
  • RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
  • Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
  • Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
  • Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
  • Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
  • Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
  • Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
  • H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - sekarang )

Penguasa Semarang: Dibawah Pajang dan Mataram

  • Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)
  • Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)
  • Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)
  • Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)
  • Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)
  • Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)

Dibawah VOC:

  • Raden Martoyudo atau Raden Sumimngrat (1743-1751)
  • Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773)
  • Surohadimenggolo IV (1773-?)
  • Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)

Pemerintahan Hindia Belanda:

  • Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)
  • Putro Surohadimenggolo (1841-1855)
  • Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)
  • RTP Suryokusurno (1860-1887)
  • RTP Reksodirjo (1887-1891)
  • RMTA Purbaningrat (1891-?)

Pemerintahan dibagi 2 : Kota Praja dan Kabupaten. Penguasa pribumi kemudian menjadi Bupati Semarang:

  • Raden Cokrodipuro (?-1927)
  • RM Soebiyono (1897-1927)
  • RM Amin Suyitno (1927-1942)
  • RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)

Pemerintahan Republik Indonesia:

  • R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan
  • M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946)

Pemerintahan RIS:

  • RM.Condronegoro hingga tahun 1949

Setelah Pengakuan Kedaulatan:

  • M. Sumardjito (1946-1952)
  • R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956).

Utuk Bupati selanjutnya buka halaman Kabupaten Semarang

Kotamadya Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah.


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang


Sumber Gambar:

http://kotakendari.files.wordpress.com/2009/05/tugu-muda-semarang.jpg

Palagan Ambarawa


Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

Tanggal 23 Nopember 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.


Pertempuran Di Ambarawa

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.

Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Palagan_Ambarawa

Sumber Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE9WzJOzvrvO8-9vACfyE-_-GdXdlwqXVb0C5ntVnUISoolbcA8ue87Vf5gjEDDmp_fcVXtp_q-Nu2aKDxNoNlfPWgbWhOxvgSE2CtqEMzlvhElzkQ-nnPh6Z1a4kIawpkGAAse5odNrg/s400/palagan_001.JPG

Peta Ungaran


View Larger Map